EUNHAE SHIPPER

EUNHAE SHIPPER

Rabu, 14 Desember 2011

FF EUNHAE YAOI | I Hate This Disease. ( Part 2 )


Title : I Hate This Disease. ( Part 2 )
Author : sopie jewel fishy
Genre : Romance, Action (?), AU, YAOI
Rating : T
Cast :
-Eunhyuk
-Donghae
-Yesung
-Sungmin
-Kyuhyun

Previous

sesampainya di bank, disana sangat ramai, banyak polisi yang berkerumunan memenuhi bank itu. dan banyak juga orang-orang disana. Lalu aku berjalan dengan santai membawa karung berisi uang itu, dan masuk kedalam lobby bank.
“pak, ini saya temukan karung berisi uang. Aku tadi mengikuti perampok itu. Ia membuang karung ini ditengah jalan yang sepi. Dan masih terikat. Sepertinya, perampok itu tidak mengambil uangnya sepeserpun.” Kataku sambil menjatuhkan karung itu ke lantai.
“oh benarkah? Bagaimana anda tahu bahwa uang ini tidak mereka ambil?”Tanya polisi itu padaku.
“hitung saja. Uangnya tidak akan kurang sepeserpun.” Kataku cuek lalu aku pergi meninggalkan polisi itu. mataku menari-menari. Apakah sosok donghae masih tergeletak di bank ini. tapi sepertinya tidak. Pasti ia sudah dibawa kerumah sakit. dan aku mencari sosok security tua itu. tapi tak kutemukan juga. ‘kemana security tua itu? apa hubungannya ia dengan donghae?’ gumamku dalam hati. Lalu aku segera masuk kemobilku dan melaju menuju rumahku.

Previous END.

***
aku tiba dikampus lalu aku berlari menuju kelas donghae. Pasti teman-teman sekelasnya mengetahui keberadaan donghae sekarang.
“hmm mianhe. Donghae kemana ya?”tanyaku pada yeoja teman sekelas donghae.
“donghae tidak kuliah. Dia mengalami kecelakaan.”
“oh ya ? sekarang dia dimana?” tanyaku pura-pura terkejut. Padahal sebenarnya aku sudah tahu keadaan donghae.
“dia sekarang ada dirumah sakit fishy ever. Kau ingun menjenguknya? Datang saja.”
“oh ne gomawo ya. Oh iya, aku boleh tahu tidak. Tentang keluarga donghae?”tanyaku sedikit takut pada yeoja ini. aku takut ia tidak memberitahuku.
“ah mianhe. Aku tidak terlalu mengenalnya. Karena dia sedikit pendiam.”
ah, percuma aku bertanya pada yeoja tak tahu apa-apa ini.
“oh ne gomawo.” Kataku lalu pergi dari hadapan yeoja itu.

Aku pergi kerumah sakit fishy ever, dan donghae dirawat disana. Aku tidak tahu kamar donghae nomer berapa. Jadi aku tanya pada suster terlebih dahulu, kemudian di data, dan akhirnya aku menemukannya. Kamar no 123. Lalu aku segera meluncur kesana. Kata suster tadi, donghae kemarin dibawa ke UGD, operasinya selesai dan berjalan lancar, lalu donghae dipindahkan dikamar biasa. Donghae belum bisa pulang karena bahunya masih sakit dan harus dirawat dirumah sakit.

Aku sudah berada didepan pintu kamar 123. Aku ragu dan gugup. Hatiku menyuruhku masuk, dan kadang menyuruhku tidak masuk. Benar-benar membuatku bingung. Dan tiba-tiba, seorang suster membuka pintu kamar donghae, lalu aku reflex membalikkan badanku,dan membelakangi suster.
“mianhe, anda teman lee donghae?” Tanya suster itu padaku. Aku terkejut, lalu aku memutar badanku lagi dan sekarang aku berhadap-hadapan dengan suster itu.
“emm. Ne, aku temannya. Apakah sudah bisa dijenguk?” tanyaku ragu.
“ne sudah bisa. Silakan.”kata suster itu dengan menebar senyumnya ke aku. Maaf saja, aku tidak tertarik.
Lalu aku segera melangkah masuk, membuka pintu perlahan. Dan aku melihat donghae berbaring lemas dengan bahu dibalut dengan perban. Ia sedang tidak menggunakan baju, hanya celana saja. Aku berjalan mendekatinya lalu duduk disamping tempat tidur. Kebetulan disamping tempat tidur sudah disediakan 1 buah kursi. Aku menatap wajah donghae, aku mengalihkan pandanganku ke bahunya yang sudah diperban. Air mataku menetes. Aku benar-benar merasa kecewa karena aku sudah melakukan hal yang bodoh. Aku sudah melukai dan membahayakan orang yang sangat aku cintai.

“mianhe. Kau siapa?” aku mendengar suara seseorang. Suara itu sangat berat. Aku menghapus air mataku, lalu aku menoleh kearah sumber suara itu. Dan betapa kagetnya aku. Aku mengenal wajah itu. wajah security yang di bank itu!
“emm. Aku temannya donghae.”kataku sambil membungkuk.
“oh ne. aku appanya donghae.”

DEG ! ternyata security itu appanya donghae. Pantas saja, waktu di bank donghae melindungi security itu yang ternyata adalah appanya. Oh betapa bodohnya aku! Aku mencintai donghae, seharusnya aku mencari tahu seluk beluk keluarganya dia. Dan hal ini pasti tidak akan terjadi. Pabbo!

“oh ne ahjussi.”
“kamu teman dekatnya?”
“aam.. emm.. tidak terlalu dekat ahjussi. Aku mendengar kabar ini. lalu aku segera menuju kemari. Karena aku khawatir dengan keadaan donghae.” Aku menjawab sangat gugup.
“oh begitu. Baiklah, kau jaga donghae ya. Aku keluar sebentar. Ini minuman untukmu.” Kata appa donghae sambil memberikanku capucino.
“ah ne gomawo ahjussi.” kataku lalu meraih minuman itu. appa donghaepun keluar dari ruangan ini.
Dia sangat baik. Aku bodoh sekali hampir mencelakainya. Bahkan aku sudah mencelakai anaknya.
Aku melihat sekeliling kamar donghae, aku melihat sesuatu diatas meja. Dan sesuatu itu sangat menarik perhatianku. Sebuah gelang. Berwarna hitam berkilauan dengan hiasan warna putih dipinggir-pinggirnya. Penyakitku kumat. Ah, sepertinya aku akan mengambil gelang itu. lalu aku meraih gelang itu, lalu aku perhatikan baik-baik gelang itu, dan aku sunggingkan senyumku. Senyum licik, lalu aku masukkan gelang itu kedalam tasku. Betapa bodohnya aku. Dalam keadaan seperti ini penyakitku kumat. Apalagi ini barang donghae. Ini pasti miliknya. Ya, aku tak peduli kalau penyakitku sudah kumat.

***
Keesokan harinya, aku menjenguk donghae lagi kerumah sakit. karena kemarin dia tidak sadarkan diri. Aku harap hari ini dia sadar. Dan aku bisa berbincang dan mungkin sedikit bercanda dengannya. Aku tiba dikamar 123. Aku buka pintu, lalu disana ada appa donghae yang sedang menunggu donghae.
“annyeong ahjussi.” Sapaku.
“oh ne annyeong eunhyuk-ssi. Silakan.”katanya mempersilakan aku duduk.
“ne ahjussi. Kau sendiri?”
“iya. Ah, kau jaga donghae ya. Aku keluar sebentar.”kata appa donghae lalu ia beranjak meninggalkan kami. Aku berjalan mendekati donghae. Aku genaggam lembut tangan kirinya. Aku belai lembut pipinya. Matanya masih terpejam. Sepertinya ia belum sadar daritadi. Aku duduk disamping tempat tidurnya, sambil mengelus lembut tangannya, dan mataku memperhatikan wajah donghae. Jarang-jarang aku mendapat kesempatan seperti ini. kesempatan bisa melihat wajah donghae dengan jarak dekat dan dengan puas. Aku jadi senyum-senyum sendiri melihat wajahnya yang sangat tampan itu. Lalu tiba-tiba, kepalanya bergerak sedikit. Aku kaget, lalu aku bangun, dan memegang kedua pipinya.

“donghae-ah.” panggilku lembut. Dan perlahan ia membuka matanya, dan sampai terbuka sempurna. Kini dia menatap mataku.
“aah kau. Kenapa kau disini?” tanyanya penasaran. Jelas saja, bagaimana tidak? Aku dan donghae itu tidak dekat. Mungkin dia tidak tahu namaku, tapi aku tahu namanya. Kita bertemu saat dikampus saja. Itupun kalau berpapasan. Biasanya sih aku selalu memperhatikan dia secara diam-diam, tanpa ia ketahui.
“ne, aku dengar kabar kalau kau kecelakaan dan dirawat disini. Aku sangat khawatir, maka dari itu aku kemari untuk menjengukmu.”
“tapi aku tidak mengenalmu. Tapi aku ingat, kita sering berpapasan di kampus.”
“iya tentu saja kau tidak mengenalku. Karena kita memang tidak kenal. Baiklah. Namaku eunhyuk. aku sudah tahu namamu. Iya, kita sering berpapasan.”
“oh ne. gomawo kau sudah menjengukku. Ohya, apa kau tidak kuliah?” tanyanya padaku.
“sudah pulang. Aku langsung kesini.”
“oh.” Hanya itu yang ia ucapkan.
“hmm. Kau kenapa bisa tertembak?”
“ah aku juga tidak tahu kenapa. Tapi aku tidak menyesalinya. Karena ini adlaah pengorbananku untuk appaku. Lebih baik aku yang tertembak disbanding appaku. Jadi, sudahlah, tak apa.”
Ya Tuhan, dia benar-benar berhati mulia. Dia sangat menyayangi appanya. Bahkan rela berkorban demi appanya.
“wah, kau benar-benar anak yang berbakti.”
“ne, setelah aku kehilangan eommaku, aku tak ingin kehilangan appaku.”
“oh sudahlah. Lupakan. Kau belum makan, kan? Ayo makan dulu.”
“hmm appaku mana?”
“appamu tadi pergi keluar. Tapi ia sudah siapkan bubur ayam. Tinggal diseduh saja. Makan ya?”
“hmm. Ne.” katanya dengan anggukan kecil.
Lalu aku berdiri dan mengambil bubur ayam yang ada didalam mangkok plastic. Lalu aku ambil air panas, menyeduh bubur itu, aku aduk-aduk, lalu bubur itu sudah bisa disantap. Aku kembali duduk disamping donghae. Lalu aku menyuapinya makan bubur. Sepertinya ia agak risih, tapi aku buat suasana menjadi berubah dengan sedikit humor yang aku lantunkan (?). Dan ia tertawa setiap mendengar lawakanku.
Aku senang sekali. Aku senang bisa merawatnya, menyuapinya makan, menjaganya, mengajaknya berbincang, bahkan memamerkan bakat lawakku ke dia. Sepertinya ia cukup senang. Aku bisa merasakan kebahagiaan yang ia rasakan selama bersamaku. Aku senang. Entah kapan, aku akan jujur padanya tentang hal waktu itu. Aku takut untuk jujur, tapi itu harus ku katakan. Aku akan menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya.

“sudah malam donghae-ah. waktunya kau istirahat, dan waktunya aku pulang.”
“hmm ne. gomawo kau sudah menemaniku hari ini. aku sangat senang. Bahkan lukaku tidak terasa lagi karena mendengar lawakanmu. Haha.”
“haha ne cheonma donghae-ah. aku senang bisa membuatmu lupa dengan sakitmu itu.”kataku sambil menatap mata donghae dalam-dalam. Dan iapun menyambut tatapanku. Ia juga menatap mataku dengan senyum bahagia..
“eunhyuk-ssi, kau masih disini?”
appa donghae datang disaat yang tidak tepat. Aku dengan donghae sedang asyik bertatap tatap ria. Tapi appanya datang menganggu acara kami. Ah ya sudahlah. Masih ada hari esok. Aku harap esok akan lebih menyenangkan disbanding hari ini.
“oh ne ahjussi. Baru saja aku ingin pulang. Baiklah, aku pulang dulu donghae-ah. annyeong donghae, annyeong ahjusii.”
“annyeong.” Sahut mereka berdua. Lalu aku berjalan keluar kamar dengan senyum bahagia.

***
Aku datang lagi menemui donghae. Kali ini aku bawa banyak makanan. Aku bawa buah yang banyak, minuman ion, minuman buah, susu, bubur, banyak sekali. Ya, aku bawa ini hanya untuk donghae. Untuk membuatnya senang. Dan sepertinya, aku akan meronda lagi dikamar donghae. Saat aku masuk, aku mnedengar tangisan. Itu tangisan donghae. Kenapa donghae menangis? Aku berjalan mendekati donghae, tapi sebelumnya aku letakkan bawaanku diatas meja. Donghae menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
“hey donghae-ah. kau kenapa menangis? Katakana padaku.” Kataku sambil mengelus lembut punggungnya. Ia masih menangis, tak menjawab tanyaku.
“donghae-ah, kau kenapa?” tanyaku khawatir.

TBC ^^
mianhe ya agak membosankan. Tapi tetep butuh comment nya. Jangan lupa RCL ya chingu. Gomawo :D

1 komentar:

  1. ceritanya baguus...
    bikin aq nangis2 gaje...
    TT,TT

    okehsip...
    ditunggu lanjutan nya ya chinguuuu...
    xD

    BalasHapus